BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
BPTP Jawa
Timur merupakan gabungan (merger) dari berbagai unit kerja di jajaran Badan
Litbang Pertanian yang ada di Jawa Timur (16 unit kerja), yaitu eks Sub
Balithorti Malang, Sub Balithorti Tlekung, Sub Balittan Mojosari, Sub Balitnak
Grati, beserta kebun percobaan yang berada dibawahnya, dan Balai Informasi
Pertanian Wonocolo, Surabaya, yang dibentuk berdasarkan SK Mentan No.
798/Kpts/OT.210/ 12/1994, tanggal Desember 1994, dan mulai efektif pada tanggal
1 April 1995 dengan nama BPTP Karangploso. Dalam perjalanannya, BPTP
Karangploso mengalami reorganisasi lagi dengan keluarnya SK Mentan terbaru No.
350/Kpts/OT.210/6/2001, tanggal 14 Juni 2001, menjadi BPTP Jawa Timur dengan
hanya dua unit kerja yang tergabung di dalamnya, yaitu Laboratorium Diseminasi
Wonocolo dan Kebun Percobaan Mojosari. Perubahan ini membawa konsekuensi
terhadap penyempurnaan tugas dan fungsi Balai secara keseluruhan, sedang
kronologi sejarah nama instansi sehingga menjadi Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Timur disajikan sbb:
Ø Priode 1931
Nama Instansi lgemene Proefstation voor Landbouw, Bogor
Nama Instansi lgemene Proefstation voor Landbouw, Bogor
Ø Priode1936-1953
Nama Instansi Proeftuinen voor Tuinbow, Oost Java, Malang pimpinan R. Soepangkat
Nama Instansi Proeftuinen voor Tuinbow, Oost Java, Malang pimpinan R. Soepangkat
Ø Priode
1953-1957
Nama Intansi Kebun-kebun Pertjobaan Jawa Timur di Malang pimpinan R. Koestomo
Nama Intansi Kebun-kebun Pertjobaan Jawa Timur di Malang pimpinan R. Koestomo
Ø Priode
1957-1959
Nama Instansi Tjabang Bagian Perkebunan Rakjat Malang, dari Pusat Djawatan Pertanian Rakjat Djakarta pimpinan Mahfoedi
Nama Instansi Tjabang Bagian Perkebunan Rakjat Malang, dari Pusat Djawatan Pertanian Rakjat Djakarta pimpinan Mahfoedi
Ø Priode
1959-1961
Nama Instansi Tjabang Bagian Perkebunan Rakjat Malang, dari Pusat Djawatan Pertanian Rakjat Djakarta pimpinan R. Soehendro
Nama Instansi Tjabang Bagian Perkebunan Rakjat Malang, dari Pusat Djawatan Pertanian Rakjat Djakarta pimpinan R. Soehendro
Ø Priode
1961-1967
Nama Instansi Tjabang Lembaga Penelitian Tanaman Sajur Majur, Buah-buahan dan Bunga-bungaan (Hortikultura) Malang, dari Lembaga Penelitian Tanaman Sajur Majur, Buah-buahan dan Bunga-bungaan (Hortikultura) Jakarta pimpinan R. Widodo
Nama Instansi Tjabang Lembaga Penelitian Tanaman Sajur Majur, Buah-buahan dan Bunga-bungaan (Hortikultura) Malang, dari Lembaga Penelitian Tanaman Sajur Majur, Buah-buahan dan Bunga-bungaan (Hortikultura) Jakarta pimpinan R. Widodo
Ø Priode
1967-1981
Tjabang
Lembaga Penelitian Hortikultura Malang dari Lembaga Penelitian Hortikultura
Jakarta pimpinan R. Widodo
Ø Priode
1981-1984
Nama Instansi Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang, dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor pimpinan Dr. Ir. Soetarjo Brotonegoro
Nama Instansi Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang, dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor pimpinan Dr. Ir. Soetarjo Brotonegoro
Ø Priode
1984-1988
Nama Instansi Eks. Cabang LPH Malang menjadi Sub Balai Penelitian Hortikultura Malang pimpinan Ir. F. Kasijadi, MS.
Nama Instansi Eks. Cabang LPH Malang menjadi Sub Balai Penelitian Hortikultura Malang pimpinan Ir. F. Kasijadi, MS.
Ø Priode 1988-1995
Nama instansi Sub Balai Penelitian Hortikultura Malang pimpinan Ir. Nur Imah Sidik, MS
Nama instansi Sub Balai Penelitian Hortikultura Malang pimpinan Ir. Nur Imah Sidik, MS
Ø Priode
1995-1998
Nama Instansi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso pimpinan Dr. Sumarno, MSc
Nama Instansi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso pimpinan Dr. Sumarno, MSc
Ø Priode
1998-2001
Nama Instansi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso pimpinan Dr. Ir. Suyamto H.
Nama Instansi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso pimpinan Dr. Ir. Suyamto H.
Ø Priode
2001-2004
Nama Instansi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur pimpinan Dr. Ir. Suyamto
Nama Instansi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur pimpinan Dr. Ir. Suyamto
Ø Priode 2004-
2005
Nama Instansi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur pimpinan Dr. Ir. Mat Syukur MS.
Nama Instansi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur pimpinan Dr. Ir. Mat Syukur MS.
Ø Priode 2006
- sekarang
Nama Instansi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur pimpinan Dr. Sudarmadi.
Nama Instansi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur pimpinan Dr. Sudarmadi.
v Visi
BPTP Jawa Timur merupakan penghasil
dan penyedia teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi dalam arti luas
untuk menunjang pengembangan pertanian berwawasan agribisnis bagi Propinsi Jawa
Timur. Untuk mewujudkan hal tersebut, visi BPTP Jawa Timur ke depan adalah:
“Institusi penghasil dan penyedia teknologi pertanian tepat Guna spesifik
lokasi Jawa Timur.
v Misi
- Menghasilkan teknologi pertanian tepat guna
spesifik lokasi yang sesuai dengan ketersediaan sumberdaya
- Menyediakan, mendiseminasikan dan mempromosikan
teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing
hasil-hasil pertanian yang berwawasan lingkungan dan agribisnis
- Meningkatkan pendapatan keluarga tani dan
kesempatan kerja produktif yang berkeadilan
- Menjalin kemitraan dengan stakeholders (instansi
terkait, swasta, LSM dll.) untuk memberdayakan petani dalam mengelola
usahataninya
- Menumbuhkembangkan peran kelembagaan untuk
memantapkan ketahanan pangan
- Memberikan masukan untuk penyusunan kebijakan
pembangunan pertanian daerah. ·
Tugas Pokok Tugas pokok BPTP
Jawa Timur adalah melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi tepat guna spesifik
lokasi bagi semua komoditas pertanian, baik tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, peternakan dan perikanan dengan teknologi yang bersifat terapan
(siap pakai) dengan mempertimbangkan optimasi produksi serta pendapatan petani.
v Fungsi
- Mengadakan inventarisasi dan identifikasi
kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi .
- Melakukan penelitian dan pengkajian serta
perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi .
- Menyiapkan paket teknologi hasil pengkajian dan
perakitan untuk bahan penyusunan materi penyuluhan .
- Mengadakan pelayanan teknik kegiatan
Pengkajian/penelitian dan perakitan teknologi pertanian
- Melaksanakan pelayanan tata usaha Balai.
Melalui berbagai layanan yang
disediakan BPTP Jatim. Untuk menjangkau cakupan sasaran yang lebih luas itu,
maka BPTP Jatim:
- Membangun visitor plot, yaitu gelar rakitan
teknologi sebagai sarana belajar bagi petani dan masyarakat luas
- Melayani kunjungan dalam berbagai bentuk dan
tujuannya (studi banding atau konsultasi)
- Mengadakan pelatihan
- Secara periodik, menyelenggarakan open house,
ekspose atau pameran
- Menyediakan publikasi rakitan teknologi secara
gratis
- Mempublikasi hasil-hasil pengkajian, baik dalam
media cetak (koran dan tabloid), maupun elektronik (radio dan televisi).
Beberapa fasilitas juga dapat dimanfaatkan umum,
antara lain:
- Lab. Tanah, untuk analisis hara tanah dan pupuk
- Lab. Kultur Jaringan, untuk memproduksi benih
- Lab. Hama dan Penyakit, untuk identifikasi OPT
- Lab. Pasca Panen, untuk aplikasi teknologi pasca
panen
- Lab. Perbenihan, untuk produksi benih
- Kebun Percobaan, untuk studi dan agrowisata.
- Perpustakaan, jasa penelusuran, baca ditempat dan
fotocopy.
Pengalaman menunjukkan, bahwa BPTP
Jatim tidak bisa hanya berhenti pada penyediaan teknologi & contohnya
(visitor plot), melainkan juga harus memproduksi bahan-bahan utama usahatani.
Di antaranya, BPTP Jatim telah memproduksi dan mendistribusikan benih dasar, khususnya
untuk padi, kedelai dan jagung dari varietas-varietas yang diminati petani. Ke
depan, juga akan diproduksi beberapa sarana produksi tanaman dan ternak.
Kemajuan kepercayaan, dan dinamika kebutuhan serta kendala di masyarakat,
mengharuskan BPTP Jatim untuk memperluas cakupan kiprahnya. Saat ini tengah
dirintis untuk membangun networking pemasaran dengan model inti-plasma yang
akan menjadi bagian dari fungsi “Klinik Agribisnis”. Pada tahap sekarang, BPTP
Jatim akan mengawalinya dengan memproduksi beberapa produk olahan, dan
melakukan ekspansi pasar. Dalam kaitan ini, BPTP Jatim bekerjasama dengan
Koperasi Pegawai “HORTI”.
Infrastruktur teknis dan sosial, saat ini sedang disiapkan, antara lain:
Infrastruktur teknis dan sosial, saat ini sedang disiapkan, antara lain:
- Media komunikasi dalam bentuk SMS broadcast
- Organisasi informal dengan nama TriMitra, yang
saat ini beranggotakan tidak kurang dari 70 petani/kelompok tani dan
gabungan kelompok tani
- Menjaring mitra pemkab/kota dan swasta di seluruh
Jatim dalam ikatan MOU. BPTP Jatim juga menerima dan melayani kerjasama
dalam pengkajian dengan pemerintah daerah, swasta,
petani/poktani/gapoktan, maupun pihak-pihak lain yang berminat.
Pada ekosistem daratan, organisme tanah merupakan
penghuni yang berfungsi dalam mengubah bahan organik melapuk menjadi bentuk
senyawa lain yang dapat bermanfaat bagi kesuburan tanah kemudian dapat
dimanfaatkan oleh serangga tanah seperti serangga, nematoda, bekicot, rayap dan
serangga lain yang sangat penting peranannya begi kesuburan tanah yaitu dalam
proses dekomposisi, sebelum proses dekomposisi lebih lanjut oleh mikroorganisme
tanah. Hewan tanah biasa ditemukan di tempat teduh, tanah yang lembab, sampah
padang rumput, di bawah kayu lapuk, dan tempat lembab yang lainnya.
Habitat yang bermacam-macan pada lokasi perkebunan BPTP
memungkinkan keanekaragaman jenis serangga tanah yang berbeda-beda. Berkaitan dengan hal tersebut maka diadakan observasi dengan judul “Studi Keanekaragaman, Hewan Tanah Di Lokasi Penanaman Tanaman Cabe,
Bawang Merah dan Sawi
BPTP Jawa Timur”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah, antara lain:
1. Apa saja jenis-jenis serangga tanah yang
terdapat di lokasi penanaman tanaman cabe, bawang merah dan sawi ?
2. Bagaimana keanekaragaman, kemerataan, dan
kekayaan jenis serangga tanah di lokasi
penanaman tanaman cabe, bawang merah dan sawi ?
3. Bagaimana pola distribusi tiap jenis serangga
tanah yang ditemukan di lokasi
penanaman tanaman cabe, bawang merah dan sawi ?
4. Jenis serangga tanah apa saja yang paling
dominan di lokasi penanaman
tanaman cabe, bawang merah dan sawi ?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui jenis-jenis serangga tanah
yang terdapat di lokasi penanaman
tanaman cabe, bawang merah dan sawi.
2. Untuk mengetahui keanekaragaman, kemerataan,
dan kekayaan jenis serangga tanah di lokasi penanaman tanaman cabe, bawang merah dan sawi.
3. Untuk mengetahui pola distribusi tiap jenis
serangga tanah yang ditemukan di lokasi
penanaman tanaman cabe, bawang merah dan sawi.
4. Untuk mengetahui jenis serangga tanah yang
paling dominan di lokasi
penanaman tanaman cabe, bawang merah dan sawi.
5. untuk mengetahui dan membedakan dari serangga
tersebut apakah ada yang berperan sebagai predator dan sebagai hama di lokasi
penanaman tanaman cabe, bawang merah dan sawi.
6.
untuk mngetahui cara pembuatan thrycoderma dan pengaplikasian pada tanaman.
D.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang telah dilakukan adalah
diharapkan mahasiswa mampu:
- Mempelajari dan mengetahui jenis-jenis serangga
tanah yang terdapat di lokasi penanaman tanaman cabe, bawang merah dan sawi.
- Menerapkan metode Pith fall Trap.
- Mengetahui keanekaragaman, kemerataan, serta
kekayaan jenis serangga tanah di lokasi penanaman tanaman cabe, bawang
merah dan sawi.
- Memahami pola distribusi tiap jenis serangga tanah
yang ditemukan di lokasi penanaman tanaman cabe, bawang merah dan sawi.
- untuk mengetahui dan membedakan dari serangga
tersebut apakah ada yang berperan sebagai predator dan sebagai hama.
- Mengetahui cara pembuatan thrycoderma sebagai biopestisida.b
E.
Batasan Masalah
Batasan masalah dalam praktikum ini adalah:
- Praktikum
ini dilakukan di lokasi penanaman tanaman cabe, bawang merah dan sawi.
- Jenis hewan yang diamati hanya serangga tanah yang ditemukan dalam sumur Pithfall
F.
Penegasan Istilah
1.
Serangga
tanah adalah hewan yang menempati tanah sebagai habitatnya.
2.
Mendefinisikan
keanekaragaman jenis adalah suatu karakteristik tingkatan komunitas berdasarkan
organisasi biologinya, ia dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas (Soegianto dalam Purwahyuni, 2001).
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Tanah Sebagai Habitat Serangga
Tanah dihuni oleh makhluk hidup dalam macam dan jumlah
sangat banyak, baik hewan maupun tumbuhan. Makhluk yang hidup di dalam tanah
membentuk flora dan fauna khas yang berasosiasi dengan bahan penyusun tanah
yang berupa benda abiotik, yaitu batuan, mineral, air dan udara
(Notohadiprawiro, 1998). Komponen abiotik dan biotik menyusun tanah sebagai
suatu sistem ekologi.
Dalam definisi ilmiahnya tanah merupakan sekumpulan dari
benda alam di permukaan bumi yang tersusun dari horison-horison, terdiri dari
campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara dan merupakan media untuk
tumbuhnya tanaman (Hardjowigeno dalam Junaidah, 2001).
Komponen biotik dan abiotik sangat erat berhubungan di
dalam tanah, yang berdasarkan batasannya terdiri dari lapisan kulit bumi yang
dilapukkan dengan organisme hidup dan hasil pembusukannya bercampur aduk
(Odum,1993 dalam Junaidah, 2001). Soetjipta (1993) menyatakan bahwa tanah
merupakan pendukung yang padat. Kerangka yang kuat bagi makhluk hidup tumbuhan
dan hewan yang memiliki alat pergerakan mengalami proses evolusi di atas
habitat tanah. Sebagai benda alami yang heterogen, tanah terdiri dari fase
padat, cair, dan gas yang bersifat dinamik. Sebagai suatu sistem, tanah merupakan
sistem yang terbuka.
Menurut
Hardjowigeno dalam Junaidah (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pembentukan tanah antara lain: iklim, organisme, bahan induk, topografi
(relief), dan waktu.
B.
Deskripsi Serangga tanah
Serangga tanah adalah hewan yang menempati tanah sebagai
habitatnya. Menurut Adianto dalam Fatawi (2002) kehadiran serangga tanah pada
habitatnya tidak sama, ada yang secara temporer dan ada pula yang menetap. Berdasarkan kehadirannya di tanah, serangga tanah dibagi
menjadi:
·
Serangga
tanah temporer
yaitu golongan hewan tanah yang memasuki tanah dengan
tujuan bertelur, setelah menetas dan berkembang menjadi dewasa, hewan akan
keluar dari tanah, misalnya: Diptera.
·
Serangga
tanah transien
yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya berlangsung di
atas tanah, misalnya: kumbang dari famili Conccinelidae.
·
Serangga
tanah periodik
yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya ada di dalam
tanah, hanya sesekali hewan dewasa keluar dari dalam tanah untuk mencari
makanan dan setelah itu masuk kembali ke dalam tanah, misalnya: ordo Forficula,
Chelisolches, Collembola, dan Acarina.
·
Serangga
tanah permanen
yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya ada di dalam
tanah, dan tidak pernah keluar dari dalam tanah, misalnya: Nematoda tanah,
Protozoa, dan Rotifera.
Menurut Drift dalam Adianto (1980) serangga tanah secara
umum dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa hal yaitu berdasarkan ukuran
tubuh, ketergantungan terhadap air, dan menurut tempat hidupnya. Kelompok
serangga tanah berdasarkan ukuran tubuhnya:
- Mikrofauna
Mempunyai
ukuran 20-200 mikron, contohnya yaitu:
Protozoa, Rotifera, Nematoda, Tardigrada.
- Mesofauna
Mempunyai ukuran 200 mikron – 2 mm, contohnya yaitu:
Collembola, Acarina, Rayap, Semut.
- Makrofauna
Mempunyai ukuran 2-20 mm, contohnya yaitu: Isopoda,
Chilopoda, Laba-laba dan Gastropoda.
- Megafauna
Mempunyai ukuran 20-200 mm, contohnya yaitu: Diplopoda,
Cacing tanah, Serangga besar, dan vertebrata.
Menurut Adianto (1980) dalam Fatawi (2002) berdasarkan
sifat ketergantungan terhadap air, serangga tanah terbagi menjadi:
Ø
Hidrobiontes, yaitu serangga tanah yang membutuhkan air relatif banyak untuk aktifitas
hidupnya.
Misalnya: Cilliata dan Flagelata.
Ø
Higrofil,
yaitu serangga tanah yang tidak menyukai air terlalu banyak untuk syarat hidup
optimalnya.
Misalnya: Collembola.
Ø
Xerofil,
yaitu serangga tanah yang lebih menyukai habitat kering.
Misalnya: jenis laba-laba.
Sedangkan
serangga tanah menurut tempat hidupnya, dibagi menjadi:
v
Treefauna,
yaitu hewan yang hidup di pohon.
v
Epifauna,
yaitu hewan yang hidup di permukaan tanah.
v
Infauna,
yaitu hewan yang hidup di dalam tanah
C.
Morfologi serangga tanah
Serangga
tubuhnya terbungkus oleh eksoskeleton yang melindungi sistem organ yang lunak
di dalam, merupakan kutikula yang tersusun oleh khitin dan terbagi atas buku-buku,
dihasilkan oleh epidermis yang secara periodik diganti karena bertambah
besarnya tubuh, dibedakan atas bagian yang keras yang disebut sklereid dan
bagian yang lunak yang disebut sutura terletak pada batas antara dua buku. Hal
ini untuk memudahkan gerakannya. Tubuhnya terbagi atas tiga bagian yaitu
chepal, thorax dan abdomen (Hegner dalam Purwahyuni, 2001).
Kepala
tersusun dari antena yang mengandung bulu-bulu sensoris, mata-mata majemuk yang
tersusun atas ammatida, kecuali itu terdapat mata sederhana disebut ocelli,
sepasang mandibula, sepasang maxilla, sepasang hipopharing, dan labium (Borror
dalam Purwahyuni, 2001).
Thorax terdiri dari bagian anterior, yang besar disebut
protothorax, bagian tengah yang disebut mesothorax dan bagian belakang yang disebut
metathorax. Masing-masing buku ini mempunyai sepasang kaki yang beruas-ruas dan
pada mesothorax. Masing-masing buku ini mempunyai sepasang kaki yang
beruas-ruas dan pada mesothorax terdapat sayap yang merupakan lembaran ganda
yang banyak mengandung pembuluh darah (Yasin dalam Purawahyuni, 2001).
Abdomen
merupakan bagian paling posterior,
struktur yang relative sederhana seperti halnya pada thorax dan setelah dewasa
pada abdomen tidak terdapat kaki jalan (Ross dalam Purwahyuni, 2001).
Adianto
(1980) membagi serangga dalam 2 subklas, yaitu Apterygota yang terbagi menjadi
4 ordo dan Pterygota yang dibagi menjadi 20 ordo dengan 10 ordo diantaranya
sebagai serangga tanah.
D.
Klasifikasi Serangga tanah
Dalam pembahasan berikut akan diuraikan ciri-ciri
serangga tanah berdasarkan klasifikasi dari Borror dalam Maulidiyah (2000):
a) Ordo Tysanura
- Ukurannya sedang sampai kecil,
- Bentuk memanjang dan agak gepeng,
- Mata majemuk kecil dan sangat lebar terspisah, mata
tunggal tidak ada,
- Tarsi 3-5,
- Terbagi atas 3 famili yaitu: Lepidotrichidae,
Lepismatidae, dan Nicotidae.
b) Ordo Diplura
- Mempunyai 2 filamen ekor,
- Tarsi 1 ruas,
- Terdapat stili pada ruas abdomen 1-7 atau 2-7,
- Terbagi atas 3 famili, yaitu: Japygidae,
Campodeidae, Procampodeidae, dan Anajapygidae.
c) Ordo Collembola
- Abdomen mempunyai 6 segmen,
- Tubuh kecil tidak bersayap,
- Antena beruas 4 dan kaki dengan tarsus beruas
tunggal,
- Terbagi atas beberapa famili yaitu: Onychiuridae,
Podiridae, Hypogastruridae, Entomobrydae, Sminthuridae, dan Nelidae.
d) Ordo Protura
- Tubuh kecil berwarna keputih-putihan,
- Panjng 0,6 - 1,5 mm,
- Tidak memiliki mata ataupun sungut,
- Terbagi atas beberapa famili yaitu: Eosentormidae,
Protentomidae, Acerentomidae, dan lain-lain.
e) Ordo Isoptera
- Golongan serdadu mempunyai kepala yang sangat
berskleretisasi, memanjang, hitam, dan besar,
- Golongan pekerja mempunyai warna pucat dengan tubuh
lunak, mulut tipe pengunyah.
f) Ordo Pleoptera
- Ukuran medium (kecil agak gepeng),
- Sayap depan memanjang , agak sempit,
- Sungut panjang, tarsi beruas 3,
- Terbagi atas beberapa famili yaitu: Pteronarcyidae,
Capnidae, Peridae, dan lain-lain.
g) Ordo Dermaptera
- Tubuh memanjang ramping dan agak gepeng,
- Sayap depan memendek seperti kulit, tidak mempunyai
rangka sayap,
- Aktif pada malam hari,
- Terbagi atas beberapa famili yaitu: Forficulidae,
Chelisochidae, Labidae, Labiduridae dan lain-lain.
h) Ordo Tysanoptera
- Bentuk langsing, panjang 0,5-5 mm,
- Terdapat atau tidak ada sayap,
- Sungut pendek, tarsi 1-2 ruas,
- Terbagi atas famili: Phaelothripidae, Aelothripidae,
Thripidae, Mesothripidae, Heterothripidae.
i) Ordo Orthoptera
- Ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap,
- Tubuh memanjang sersi bagus terbentuk,
- Bagian mulut adalah tipe pengunyah,
- Terbagi atas beberapa famili yaitu: Grillotalpidae,
Tridactylidae, Tetrididae, Eugamastracidae, Acrididae dan lain-lain.
j) Ordo Hemiptera
- Sayap depan menebal seperti kulit,
- Bagian mulut adalah tipe menusuk, menghisap, dalam
bentuk paruh,
- Makanannya cairan tumbuhan atau cairan tubuh hewan,
- Terbagi atas famili: Polyctenidae, Belastocoridae,
Ochteridae, Corixidae, dan Nepidae.
k) Ordo Neuroptera
- Bertubuh lunak dengan 4 sayap,
- Mempunyai banyak rangka sayap menyilang dan
bercabang,
- Terbagi atas beberapa famili yaitu: Corydalidae,
Sialidae, Mantispidae, Raphididae, Inocullidae dan lain-lain.
l) Ordo Coeleptera
- Mempunyai 4 pasang sayap dengan sepasang sayap depan
menebal,
- Terbagi atas beberapa famili yaitu Bittacidae,
Boeridae, meropeidae, Panorpidae, dan Panorpodidae.
m) Ordo Diptera
- Mempunyai sepasang sayap di depan,
- Larva tanpa kaki, kepala kecil,
- Terbagi atas beberapa famili yaitu: Nymphomylidae,
Tricociridae, Tanyderidae, Xylophagidae, Tripulidae dan lain-lain.
p) Ordo Hymenoptera
- Ukuran tubuh bervariasi,
- Antena 10 ruas atau lebih,
- Mulut bertipe penggigit dan penghisap,
- Terbagi famili yaitu: Orussidae, Siricidae,
Xphydridae, Chephidae, Argidae, Cimbicidae, dan lain-lain.
E.
Keanekaragaman serangga tanah
Menurut Odum dalam Wulandari dalam Fatawi (2002)
menyatakan bahwa ada beberapa parameter yang dapat diukur untuk mengetahui keadaan
suatu ekosistem, misalnya dengan melihat nilai keanekaragaman.
Soegianto
dalam Purwahyuni (2001) mendefinisikan keanekaragaman jenis adalah suatu
karakteristik tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologinya, ia dapat
digunakan untuk menyatakan struktur
komunitas. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis
tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan jenis
yang sama atau hampir sama. Sebaliknya, komunitas tersebut mempunyai
keanekaragaman jenis yang rendah jika komunitas itu disusun oleh sangat sedikit
spesies yang dominan.
Menurut
Soegianto dalam Purwahyuni (2001) indeks Shannon-Wiener diperoleh dari
perhitungan spesies richness dan evenness dari distribusi individu diantara
spesies. Richness dinyatakan sebagai jumlah spesies dan evenness dinyatakan
sebagai hubungan keeratan antara serangkaian data kelimpahan spesies hasil
observasi dengan keanekaragaman maksimum yang mungkin dicapai. Odum (1993)
menambahkan fungsi Shannon atau indeks H1, yaitu menggabungkan
komponen keanekaragaman secara keseluruhan (overall
indeks for diversity)
Ekosistem yang mempunyai nilai diversitas tinggi umumnya
memiliki rantai makanan yang lebih panjang dan kompleks, sehingga berpeluang
lebih besar untuk terjadinya interaksi seperti pemangsaan, parasitisme,
kompetisi, komensialisme, ataupun mutualisme (Odum, 1993).
Menurut
Krebs dalam Maulidiyah (2002), faktor-faktor yang memperngaruhi keanekaragaman
serangga tanah adalah faktor biotik yang meliputi pertumbuhan populasi dan
interaksi antar spesies (yang dibagi menjadi kompetisi dan pemangsa), dan
faktor abiotik yang meliputi:
(1) Kelembaban Tanah
Menurut Kramadibrata dalam Purwahyuni (2001), kelembaban
tanah penting peranannya dalam mengubah efek dari suhu. Pada lingkungan daratan
terjadi interaksi suhu-kelembaban yang sangat erat hingga dianggap sebagai
bagian yang sangat penting dari kondisi
cuaca dan iklim
(2) Suhu Tanah
Suhu tanah merupakan faktor lingkungan yang paling mudah
diukur dan seringkali beroperasi sebagai faktor pembatas. Suhu tanah
berubah-ubah secara nyata antara siang dan malam, hanya pada lapisan tanah yang
paling atas saja. Pada kedalaman sekitar 50 cm, fluktuasi suhu siang dan malam
mencolok tampaknya hilang (Ewusie dalam Purwahyuni, 2001).
(3) Keasaman Tanah
Pada umumya tanah yang telah berkembang lanjut dalam
daerah iklim basah mempunyai pH tanah rendah. Makin lanjut umumnya makin asam
tanah. Sebaliknya, tanah yang beriklim kering penguapannya menyebabkannya
teritmbunnya unsur-unsur basa dipermukaan tanah karena besarnya evaporasi
dibandingkan presipitasi, sehingga makin lanjut umur tanah makin tinggi pH-nya
(Darmawijaya dalam Purwahuni, 2001).
F.
Pola Distribusi Hewan Tanah
Secara umum populasi menyebar dalam tiga pola yaitu acak
(random), mengelompok/agresi (clumped), dan seragam (uniform). Pada umumnya populasi hewan
cenderung untuk berkelompok, oleh karenanya dari ketiga pola tersebut sering
kali dijumpai gabungan dua pola yaitu acak mengelompok, kelompok bergerombol,
dan seragam kelompok (Dharmawan, dkk. 2004).
|
|
Menurut Eden (1990)
berdasarkan asumsi penyebaran individu-individu adalah acak, maka dapat
didefinisikan bahwa varians (S2) adalah sama dengan harga rata-rata
(). Jadi, apabila varians lebih besar dari harga rata-rata
maka penyebaran individu adalah berkelompok, dan sebaliknya apabila varians
lebih kecil dari pada harga rata-rata maka penyebarannya merata.
Menurut
Dharmawan, dkk (2004) pola sebaran acak menunjukkan terdapat keseragaman
(homogenitas) kondisi lingkungannya. Pola sebaran random dapat disebabkan oleh
pengaruh negatif persaingan sumber daya diantara individu anggota populasi itu.
Sedangkan pola sebaran mengelompok dapat disebabkan oleh sifat agregarius,
adanya keragaman (heterogenitas) kondisi lingkungan, ketersediaan makanan,
perkawinan, pertahanan, perilaku sosial, serta faktor persaingan.
Pola sebaran
merata umumnya terdapat pada tumbuhan. Penyebaran ini terjadi apabila ada
persaingan yang kuat antara individu-individu dalam populasi tersebut. Pada
tumbuhan misalnya persaingan untuk mendapatkan nutrisi dan ruang.
G.
Peranan Serangga tanah Dalam Proses Dekomposisi
Secara
tidak langsung serangga tanah membantu dengan cara (1) menghancurkan bahan
organik menjadi lebih kecil sehingga memperluas permukaan organik untuk di
dekomposisi lebih lanjut oleh mikroorganisme tanah, (2) menambah protein atau
substansi pertumbuhan mikroorganisme tanah, (3) merangsang pertumbuhan dan
aktivitas mikroorganisme tanah (Odum, 1993).
Secara
umum aktifitas serangga tanah dipengaruhi oleh tiga faktor penting, yaitu iklim
(suhu, curah hujan), tanah (keasaman, kelembaban, suhu, salinitas, hara),
vegetasi (hutan, padang rumput, belukar).
Interaksi
antara iklim tanah dan vegetasi tersebut menentukan jumlah dan jenis serangga
tanah yang hidup di dalamnya. Umumnya serangga tanah di bawah vegetasi hutan
lebih beragam dibanding di daerah padang rumput, tetapi fauna di padang rumput
lebih aktif dengan bobot organisme pada tiap hektarnya lebih berat. Tanah yang
diolah dan terkuras unsur haranya, serangga tanahnya lebih sedikit dibandingkan
dengan tanah yang masih alami. Selain itu masing-masing serangga tanah
menghendaki habitat tertentu untuk tumbuh dan berkembang secara optimal (Hakim,
1990).
Diperkirakan
60-80% metabolisme dalam tanah dilakukan oleh mikroserangga tanah, berarti jauh
lebih besar dari kelompok serangga tanah. Mikrofauna yang dominan adalah
bakteri. Serasah tanaman yang jatuh ke tanah oleh serangga tanah dipecah-pecah
menjadi lebih kecil untuk memperluas permukaan bahan organik yang akan
didekomposisi (Boror, 1992).
Peranan
jasad hidup sangat besar dalam kesuburan tanah baik dari segi fisik mapun
kimia, hal ini terlihat dari hasilnya yang menguntungkan yaitu, a) dekomposisi
bahan organik, dalam hal ini bahan organik dihancurkan, unsur hara yang terikat
dibebaskan sedang asam organik yang dihasilkan melarutkan mineral. Transformasi
senyawa anorganik membentuk senyawa amonium dan nitrat yang dibutuhkan tanaman
Na dan Fe dioksidasi menjadi tidak larut sehingga tidak meracun bagi tanaman,
b) pengikatan nitrogen hanya akan terjadi apabila ada mikroserangga tanah,
karena nitrogen bebas dalam udara tidak dapat berikatan langsung dengan akar
tanaman, tetapi harus bersimbiosis dahulu dengan bakteri nitrifikasi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif observatif yang bertujuan untuk memperoleh
informasi tingkat keanekaragaman dan kemerataan hewan tanah di lokasi penanaman
tanaman cabe, bawang merah dan sawi
BPTP Jawa Timur.
B.
Obyek Penelitian
Populasi
dalam penelitian ini yaitu semua jenis hewan
tanah yang berada di lokasi penanaman tanaman cabe, bawang merah dan sawi
BPTP Jawa Timur. Sedangkan sampel
dalam penelitian ini adalah jenis hewan tanah yang tertangkap dalam sumur
jebakan (Pitfall Trap).
C.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan pada hari kamis tanggal 12 januari sampai
dengan tanggal 23 februari 2011 di lokasi penanaman
tanaman cabe, bawang merah dan sawi. dan Laboratorium hama dan penyakit
BPTP JawaTimur.
D. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan yaitu:
· gelas air mineral,
· alat penggali tanah,
· mikroskop stereo,
· cawan petri,
· kertas label,
· pinset.
· Plastik
es
2. Bahan
Bahan yang digunakan yaitu:
·
Air kran dan
·
Sunlight
E. Prosedur Kerja
1. Melakukan observasi untuk mengetahui
lokasi penelitian di lokasi penanaman tanaman cabe, bawang merah dan sawi BPTP Jawa Timur.
2.
Menentukan
lokasi pengambilan sampel dengan memesang 4 jebakan pada tiap lokasi.
3.
Memasang
jebakan Pitfall Trap pada masing-masing plot. Gambar 3.1
a) Menggali tanah sedalam + 10 cm
dengan alat penggali tanah,
b) Memasukkan gelas air mineral yang telah
berisi campuran air kran dan sunlight 2 tetes,
c) Meratakan permukaan tanah dengan bagian
mulut gelas air mineral,
d) Menutupi gelas air mineral dengan serasah
daun.
4. Mengambil jebakan Pitfall Trap 3
hari sekali.
5. Memasukkan spesimen ke dalam plastik
es.
6. Mengidentifikasi spesimen hewan tanah di laboratorium
hama dan penyakit BPTP Jawa Timur.
tanah tanah
Gambar 3.1 Cara pemasangan Pitfall
Trap
Keterangan : a = gelas air
mineral
b = campuran air
kran dan sunlight
c = lubang tempat gelas
air mineral diletakkan
d = serasah dedaun
e = permukaan tanah
F. Teknik Tabulasi Data
Pengambilan data dilakukan
dengan cara mengidentifikasi spesies hewan tanah yang ditemukan pada setiap
plot.
Tabel keanekaragaman, kemerataan, dan
kekayaan jenis hewan tanah di lokasi penanaman tanaman cabe, bawang merah dan
sawi BPTP Jawa Timur.
komuditas
|
Jenis serangga yang terperangkap
|
|||||||
Laba-laba
|
Semut hitam
|
Semut merah
|
Kumbang moncong
|
kalombola
|
kepiting
|
belalang
|
Tidak diketahui
|
|
Bawang merah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
cabai
|
|
|
|
|
|
|
|
|
sawi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
- Mempelajari dan mengetahui jenis-jenis serangga
tanah yang terdapat di lokasi penanaman tanaman cabe, bawang merah dan sawi.
- Menerapkan metode Pith fall Trap.
- Mengetahui keanekaragaman, kemerataan, serta
kekayaan jenis serangga tanah di lokasi penanaman tanaman cabe, bawang
merah dan sawi.
- Memahami pola distribusi tiap jenis serangga tanah
yang ditemukan di lokasi penanaman tanaman cabe, bawang merah dan sawi.
- untuk mengetahui dan membedakan dari serangga
tersebut apakah ada yang berperan sebagai predator dan sebagai hama.
- Mengetahui cara pembuatan thrycoderma sebagai biopestisida.b
E.
Batasan Masalah
Batasan masalah dalam praktikum ini adalah:
- Praktikum
ini dilakukan di lokasi penanaman tanaman cabe, bawang merah dan sawi.
- Jenis hewan yang diamati hanya serangga tanah yang ditemukan dalam sumur Pithfall
F.
Penegasan Istilah
1.
Serangga
tanah adalah hewan yang menempati tanah sebagai habitatnya.
2.
Mendefinisikan
keanekaragaman jenis adalah suatu karakteristik tingkatan komunitas berdasarkan
organisasi biologinya, ia dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas (Soegianto dalam Purwahyuni, 2001).
BAB IV
DATA DAN ANALISIS DATA
A.
DATA
Table data hasil pengamatan serangga tanah yang terjebak
dalam perangkap.
Ulangan 1
komuditas
|
plot
|
|||||||
1
|
|
2
|
|
3
|
|
4
|
|
|
Bawang merah
|
Laba-laba
kalombola
|
7
20
|
Kalombola
Laba-laba
Semut hitam
|
20
1
1
|
Kumbang moncong
Semut hitam
kalombola
|
1
1
20
|
Laba-laba
kalombola
|
8
20
|
Cabai
|
Spesies D
Kepiting
Laba-laba
Kalombola
Spesies C
Semut merah
|
1
1
3
20
1
12
|
Spesies B
Semut merah
Laba-laba
Kalombola
Semut hitam
|
2
1
1
20
1
|
Spesies D
Spesies B
Semut merah
Laba-laba
Kalombola
|
1
2
5
2
20
|
Spesies D
Spesies B
Laba-laba
Semut hitam
Spesies F
|
2
2
3
5
1
|
sawi
|
Belalang
Semut hitam
Laba-laba
|
1
1
4
|
Semut hitam
Laba-laba
|
5
1
|
Laba-laba
Spesies B
kalombola
|
2
1
7
|
Semut hitam
Spesies B
Semut merah
|
2
2
2
|
Ulangan 2
komuditas
|
plot
|
|||||||
1
|
|
2
|
|
3
|
|
4
|
|
|
Bawang merah
|
Kumbang moncong
|
1
|
Laba-laba
Semut hitam
kalombola
|
12
1
20
|
Kalombola
Semutr merah
|
20
2
|
Laba-laba
Semut hitam
kalombola
|
7
4
8
|
Cabai
|
Kalombola
Semut merah
|
20
2
|
Tidak ditemukan serangga karena perangkap yang di
pasang rusak
|
|
Kumbang moncong
Semut merah
Spesies B
kalombola
|
5
3
1
20
|
Spesies B
Semut merah
kalombola
|
2
12
20
|
sawi
|
Kepiting
Semut hitam
Kalombola
Spesies B
Laba-laba
|
1
3
20
1
1
|
Belalang
Laba-laba
Semut hitam
Spesies B kepiting
|
1
5
2
1
1
|
Laba-laba
Semut hitam
Spesies B
kalombola
|
2
5
1
20
|
Laba-laba
Semut hitam
kalombola
|
2
5
20
|
Ulangan 3
komuditas
|
Plot
|
|||||||
1
|
|
2
|
|
3
|
|
4
|
|
|
Bawang mrah
|
Laba-laba
Kumbang moncong
|
1
1
|
Laba-laba
kalombola
|
1
50
|
Laba-laba
Spesies B
Semut hitam
Semut merah
|
3
2
1
2
|
Semut merah
Semut hitam
kalombola
|
2
1
20
|
Cabai
|
Tidak ditemukan serangga karena perangkap yang di
pasang rusak
|
|
Kalombola
Semut merah
|
100
2
|
Kalombola
Semut merah
Laba-laba
|
100
2
|
Kalombola
Spesies B
|
50
1
|
sawi
|
Kolombola
Spesies B
Semut hitam
|
100
1
1
|
Kalombola
Semut hitam
|
50
2
|
Semut merah
Ulat buluh
Belalang
Laba-laba
Spesies B
kalombola
|
6
1
3
2
2
20
|
Semut merah
Semut hitam
kalombola
|
2
2
9
|
Ulangan 4
komuditas
|
Plot
|
|||||||
1
|
|
2
|
|
3
|
|
4
|
|
|
Bawang mrah
|
Kumbang moncong
Semut hitam
Laba-lab
|
1
1
2
|
Senut hitam
Kalombola
Semut merah
|
1
50
1
|
Semut hitam
Laba-laba
|
2
2
|
Semut hitam
Laba-laba
Semut merah
Spesies B
|
1
1
2
1
|
Cabai
|
Tidak ditemukan serangga karena perangkap yang di
pasang rusak
|
|
Kalombola
Semut merah
|
100
2
|
Kalombola
Semut merah
Laba-laba
|
100
2
1
|
Kalombola
Spesies B
|
50
1
|
sawi
|
Kalombola
Spesies B
Semut hitam
|
100
1
1
|
Kalombola
Semut merah
|
50
2
|
Kalombola
Semut merah
Laba-laba
Spesies B
Kalombola
|
6
1
3
2
20
|
Semut merah
Semut hitam
kalombola
|
2
2
9
|
Ulangan 5
komuditas
|
Plot
|
|||||||
1
|
|
2
|
|
3
|
|
4
|
|
|
Bawang mrah
|
Laba-laba
Kalombola
Semut merah
|
1
50
1
|
Kalombola
Semut merah
Semut hitam
|
100
1
1
|
Semut hitam
Kalombola
Sem,ut merah
|
5
50
2
|
Ulat buluh
Semut hitam
Laba-laba
Semut merah
|
1
1
1
20
|
Cabai
|
Spesies B
Semut merah
kalombola
|
1
3
50
|
Spesies B
Semut merah
Semut hitam
Laba-laba
kalombola
|
1
1
2
1
20
|
Kumbang moncong
Spesies B
Semut merah
Laba-laba
|
1
1
1
1
|
Kalombola
Spesies B
Semut merah
|
50
1
50
|
sawi
|
Semut hitam
Semut merah
Laba-laba
Spesies B
kalombola
|
1
30
1
1
20
|
Spesies B
Semut hitam
kalombola
|
2
2
20
|
Semut merah
Semut hitam
Ulat buluh
kalombola
|
4
2
1
30
|
Spesies B
Ulat buluh
kalombola
|
1
3
9
|
B. Analisis Data
Dari data
yang di peroleh